[محاربون]|The Warriors|استولى الجيش الأحمر على جسر لودينغ!|حرب / تاريخ|YOUKU

[Oktober 1934] [Setelah kegagalan “Kampanye Pengepungan” kelima,] [Pasukan Merah utama mundur dari pangkalan dan memulai perubahan strategi] [Tentara ke-21 Kuomintang, Komandan Resimen ke-38, Li Quanshan] [Jembatan Luding] [Pasukan Merah Divisi ke-2, Resimen ke-4, Komandan Kompi ke-2 Liao Dazhu] [Pasukan Merah Divisi ke-2, Resimen ke-4, Instruktur Politik Kompi ke-2 Wang Haiyun]

[Pasukan Merah Divisi ke-2, Resimen ke-4, Komandan Resimen Huang Kaixiang] Pergi ke jembatan. Komandan Resimen, cepat pergi. Mortir. Tembak. Ledakkan mereka. Tembak. Tiarap. Percepat. [The Warriors] [Mei 1935] [Pasukan Merah pusat maju ke barat Sichuan] [Jiang Jieshi bermaksud mengepung Pasukan Merah dengan medan Sungai Dadu] [Pada saat hidup dan mati,]

[Komisi Militer Revolusioner Pusat memerintah menyita perahu di sepanjang sungai] [Komisaris Resimen Ke-4, Yang Chengwu] [Komandan Resimen, Huang Kaixiang memimpin pasukan untuk membalik keadaan] [Tiga hari lalu, pertempuran jalanan di Dermaga pabrik Anshun oleh Pasukan Merah] Hati-hati yang di atas. Kompi ke-1 ikuti. Kompi ke-1 ke kanan. Biarkan aku mendukung Komandan Batalion. Berlindung.

Hati-hati terhadap kanan. Tiarap. Bersembunyi. Komandan Batalion. Kita perlu temukan perahu. Tidak bisa terus seperti ini. [Pasukan Merah] Kalahkan ini untukku. [Komandan Batalion Divisi Pertama] Yang lain ikut denganku. [Sun Jixian] Baik. Baik. Maju. Maju. Cepat. Komandan Batalion. Daya tembak lawan terlalu kuat. Qiangzi. Kau naik ke atas dan ledakkan senapan mesin itu untukku. Berlindung.

Ikut denganku. Resimen Pertama sudah menduduki Pabrik Anshun. Mari kita ikuti. Bersiap seberangi sungai. Baik. Berangkat. Lapor, Komandan Batalion. Medan perang dibersihkan. Didapatkan empat senapan mesin. Pistol Hanyang ada 75. Enam ratus peluru. Tujuh puluh enam musuh dibunuh. Kapal… Kapal satu buah. Bawa orang terus cari kapal di sepanjang sungai. Aku akan melapor kepada Kepala.

Bahkan jika hanya satu kapal, juga harus dapatkan Dermaga Pantai Utara. Baik. – Peluru dikumpulkan di satu tempat. – Baik. [26 Mei 1935] Cepat. [Pabrik Anshun, 160 km dari Jembatan Luding] Batalion pertama kompi ke-3 bersiap. Cepat. Naik kapal dalam sepuluh menit. Cepat. Cepat naik kapal. – Semua ikut yang di belakang. – Minggir. Cepat.

Cepat. Cepat. Cepat. Minggir. – Cepat. – Minggir. Kader bersiap menyeberangi sungai. Yang lain terus hitung persediaan. Berdiri tegak. Bersiap menyeberangi sungai, mari berangkat. Cepat. Cepat. Makan di jalan. Tidak perlu, terima kasih. Bantu aku. Jangan hadang jalan. Bukankah aku sedang terburu-buru? Sudah di saat apa ini? Instruktur masih belum kembali. Komandan Kompi.

Dermaga Pantai Utara sudah didapatkan. Namun, hanya ada empat kapal. Ada puluhan ribu orang di Pasukan Merah. Mau sampai kapan baru bisa tiba? Jika Lao Jiang dan yang lainnya menyusul, kita harus bagaimana? Komandan Kompi, kau ini… Apakah kau gila? Ada apa? Bisa diam tidak? Biar saja dia bicara. Mulutnya itu tidak bisa diam.

– Lao Liao. – Percepat. Kemasi perlengkapan dan bersiap untuk pergi. Atas memberi tahu kita untuk tidak seberangi sungai. Apa maksudmu, Instruktur? Tidak seberangi sungai? [Peta Kabupaten Luding] Tim Utama Lao Jiang telah tiba di Lugu. Hanya berjarak tiga hari dengan kita. Jika ekor kita digigit oleh mereka, akibatnya tidak akan terbayangkan. Setelah pertimbangan atasan,

Memutuskan untuk bagi pasukan jadi dua kelompok. Pasukan Kanan terdiri dari Resimen Pertama dan Kader. Setelah menyeberangi sungai, mereka menyusuri sungai dari pantai timur. Pasukan Kiri dipelopori oleh Resimen Ke-4 yang bergerak maju di sepanjang Pantai Barat. Disepakati untuk bertemu pada tanggal 30 bulan ini. Mengapit mereka untuk dapatkan Jembatan Luding dan membuka jalan baru.

Jembatan Luding ini tidak dekat. Tidak ada cara lain. Kita akan mundur untuk mencapai kesuksesan. Tentara Bandit Jiang sekarang sudah tiba di Lizhou dan sedang menuju Dermaga Anshun tanpa beristirahat. Pelopor Pasukan Sichuan ke-20 juga tiba di Jinhekou. Jika tidak mundur, kita akan menjadi Shi Dakai kedua. Begitulah kondisinya. Kalian sudah paham? Paham. Lao Liao.

Komandan Resimen memintamu ke Markas Besar. Mengapa masih berdiri di sini? Kemasi perlengkapan. – Baik. – Baik. Kita tidak pernah berhenti dari Distrik Yi hingga Pabrik Anshun. Lepuh ini tidak pernah sembuh. Sudah hampir kapalan. Tempuh seratus enam puluh kilometer dalam tiga hari. Bisakah kaki ini bertahan? Apa solusi lainnya?

Saat ini Jembatan Luding adalah satu-satunya jalan keluar Pasukan Merah. Setelah lintasi jembatan, kita bisa lepas dari kepungan Lao Jiang. Jika tidak bisa lewat, kita semua akan mati di sini. Komandan Resimen, tolong pindah sebentar. Percepat gerakan. Kompi ke-2 kalian adalah pisau tajam Resimen Ke-4. Agakanya misi ini juga hanya bisa dipercayakan pada kalian.

Di sini. Aku tahu. – Baik. – Kami kemari. Ingat. Kalian bukan hanya perintis pasukan kompi. Juga mata 20.000 orang di Pasukan Kiri kami. Ingat, semua tindakan harus bergegas ke Jembatan Luding sebagai tujuan utama. Jangan terjerat. Baik. Kompi ke-2 berjanji menyelesaikan tugas. Xiao Li. Lihat jatah pangan dan amunisi kita yang tersisa.

Bagikan lebih banyak kepada Lao Liao. Markas Besar kita bahkan tidak cukup. Jangan cerewet, cepat pergi. Baik. Ini untukku? Jangan harap, jangan sampai tergores. Ingat kembalikan padaku setelah tiba di Jembatan Luding. Biasanya meminta barang dari Komandan Resimen selalu pelit. Hari ini mengapa begitu murah hati? Aku akan kembali dan bersiap-siap. Tunggu.

Aku akan mengatur orang untukmu. Dengan bantuannya, kau bisa lebih mudah. Siapa? Mari, cepat. Heizi. Siapa bocah ini? Mengapa Komandan Kompi membawa anak kecil ke sini? Saat berperang, siapa yang mau memedulikannya? [Pasukan Merah Divisi 2, Resimen ke-4 Batalion ke-1 Kompi ke-2, Heizi] [Pasukan Merah Divisi 2, Resimen ke-4 Batalion ke-1 Kompi ke-2, Niu Huazi]

Bocah. Senapan ini hampir setinggimu. Kau berani menembak? Aku pernah lepaskan tiga tembakan. Aku membunuh tiga pihak lawan. Adik ke-3, lihat dia. Kelak belajar lebih banyak darinya. Siapa yang tidak pandai menyombongkan diri? Siapa yang menyuruhmu menembak burung? Sudahlah. Namanya Baowa. Pejuang yang baru direkrut Komandan Resimen saat lewat Distrik Yi.

Baowa tumbuh di daerah ini dan akrab dengan medan. Mari. Semuanya bersiap untuk baris. – Baik. – Baik. Di sini tidak boleh asal menembak, tahu? Kau keluar sendiri, apakah orang tuamu tahu? Aku tidak punya rumah dan orang tuaku juga tidak memedulikanku. Jinguang. Baik, Pak. Kelak kau bimbing dia. Kau punya rumah. Ini rumahmu.

Ikutlah dengannya. Brigade ke-29 telah tarik diri dari Lugu. Bisa tiba di Pabrik Anshun dalam tiga hari. Pada saat itu, selama kedua pasukan bertemu dan membentuk kepungan dari utara dan selatan, ditambah kerja sama tentara nasional di Pantai Utara Sungai Dadu, dengan medan berbahaya Sungai Dadu, Pasukan Merah tidak akan bisa kabur. Benar.

Meski Pabrik Anshun adalah kesempatan bagi Pasukan Merah tapi juga tempat pemakaman mereka. Apakah menurut kalian Pasukan Merah akan tetap di tempatnya dan menunggu kita mengejarnya? Jika ingin seberangi sungai, tidak perlu bergantung pada kapal. Yang lebih cepat seberangi sungai daripada kapal hanya ada satu cara. Jembatan Luding. [Kabupaten Luding; Sungai Dadu] Kakak Gao.

Kakak Gao. Kakak Gao. Aku dari Desa Huangnimiao di Taojiakou. Aku dulu membantu Tuan Pao menjual kulit binatang selama dua tahun. Dari mana asalmu? Aku dari Desa Anlianshan, Jiangxi. Kau sebut nama Niu Huazi di sana, tidak ada yang tidak kenal. Untuk apa kau memanggilnya? Dia hanya seorang pendiam. Berapa usiamu? Apakah sudah menikah?

Kakak iparmu telah bersamaku sejak usia 17 tahun. Ini foto yang diambil di ibu kota provinsi. Cantik? Cantik, ‘kan? Biar aku lihat. Heizi. Mari kita bahas nanti. Heizi! Biar aku lihat. Kembalikan fotonya padaku. Kakak Gao. Kakak Gao. Kakak Gao. Apa pendapatmu tentang senjata panjangku? Xiao Luo, dia mencarimu. Sudah berusia, ‘kan?

[Pasukan Merah Divisi 2, Resimen ke-4 Batalion ke-1 Kompi ke-2, Luo Yunrui] Batu api itu telah digiling jadi apa? Cukup untuk jatuhkan ternak. Untuk perang, lupakan saja. Sudahlah, jangan dipikir lagi. Makan dulu baru dibahas. Aku nanti akan temui Komandan Kompi untuk meminta yang baru untukmu. Aku tidak mau. Ini peninggalan ayahku.

Mungkin itu pusaka keluarga? Bersembunyi. Tiarap. Mundur. Cepat mundur. Cepat mundur ke dalam hutan. Tiarap. Cepat. Ayo. Ayo. Cepat. Cepat pergi. [Pasukan Merah Divisi 2, Resimen ke-4 Batalion ke-1 Kompi ke-2, Gao Jinguang] Xiao Gao. Baik, Pak. Paru-parunya tertembak. Pergilah melihatnya. Kiri… Saku. Kiri… Saku. Aku khusus menyisakannya untukmu. Xiao Luo. Xiao Luo.

Pada November tahun lalu, Komandan Chen menahan musuh di Shuiche dan Guangxi untuk melindungi pasukan utama Pasukan Merah di Sungai Xiang. Hanya Kakak Gao dan Kakak Luo yang bertahan di tim yang terdiri dari ratusan orang. Aku sama sepertimu saat baru menjadi tentara. Saat mendengar suara ledakan, aku hanya berdiri diam di tempat.

Kakak ke-2 memberitahuku. Kepalaku hanya ada satu. Bahkan jika mati, juga harus memikirkan sesuatu. Nyawa Kakak Luo ditawarkan untuk kita. Ini sudah sepadan. Tidak bisa. Jika berjalan menyusuri hutan lebat, harus mendaki lereng utara ke atas gunung. Setidaknya harus jalan lebih dari 40 km. Lao Liao. Jika tidak bisa, harus bagaimana?

Kembali ke pantai sungai dan terus dijadikan target? Apa maksudmu kembali ke sana dan dijadikan target? Aku bukanlah dewa. Juga tidak tahu harus berbuat apa. Hanya bisa terus mencobanya. Liao Dazhu. Bisakah jangan impulsif? Kau lihatlah! Nyawa para Kompi ke-2, semua ada di tanganmu. Jika ingin berumur panjang, jangan jadi tentara.

Jika mau berperang, maka harus ada yang mati. Misi kita adalah menjadi mata Pasukan Kiri. Bukan memimpin pasukan ke jalan buntu. Misi yang kudapat adalah tiba di Jembatan Luding pada waktunya. Bahkan jika buta, juga harus selesaikan misiku. Lao Liao! Komandan Kompi. Katakan. Komandan Kompi, kita bisa lewat selatan… Katakan di sini! Katakan dengan jelas.

Dari lereng selatan, kita bisa melewati Hutan Yanhui. Memutari Bukit Pusa dan kembali ke jalan utama. Bisa menghemat 10-an km. Bukit Pusa di sini. Namun, Bukit Pusa hanya ada jalan ini. Pihak lawan tidak akan biarkan kita lewat dengan mudah. Mari berperang. Mari berjuang dengan cara kita. Yun Guichuan. Yun Guichuan! Tiba!

Lapor ke Komandan Batalion. Kompi ke-2 menuju Bukit Pusa untuk penyelidikan. Baik. Semuanya dengarkan. Yang terluka tinggal dan menunggu tim penerima. Yang bisa berjalan, ikuti aku. Baik. [27 Mei 1935 pukul 09:00] [Bukit Pusa; Jarak ke Jembatan Luding 140 km] Apa situasinya? Sekelompok konselor mendirikan pertahanan di punggung bukit puncak gunung. Terlihat baru saja tiba.

Mungkin belakangnya masih ada yang lain. Bagaimana melawannya? Seperti palu dan talenan. Kita adalah palu? Siapa yang punya kemampuan seperti kita? Bagaimana naik gunung? Komandan Kompi. Katakan. Ada tebing di lereng barat daya Bukit Pusa. Kita bisa berkeliling ke belakang musuh dengan memanjat tebing. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendaki?

Perlu lebih dari 10 menit. Lapor ke Batalion Pertama. Dalam setengah jam, Kompi ke-2 pastikan akan meledakkan komplotan itu dari atas bukit. Minta mereka bersiap di kaki gunung. Baik. Berangkat. Cepat. Maju. Ke sini. Maju. Bunuh! Pasukan Merah datang dari belakang. Semuanya bertahan. Lao Wang, belakangmu! Heizi, jangan tertegun. Tembak mereka semua. Huatou, ganti orang.

Aku datang! Jangan biarkan mereka merebut lokasi, tembak mereka. Heizi. Tetap tiarap. Turunkan kepala. Ganti peluru. Pasukan Merah utama sudah datang. Kita tidak bisa tahan lagi. Mundur. Mundur. Jangan bergerak. Letakkan senjata. Jangan bunuh aku. Kumpulkan senjata mereka. Baik. Aku menyerah. Zhao Changfa. Aku di sini. Bersihkan medan perang. Jangan tinggalkan peluru satu pun.

Yang lain, berkemas dan teruskan perjalanan. Baik. Barang Jerman ini bagus. Menyenangkan. Kau sungguh tidak takut mati. Aku tidak mau mengurusmu lagi lain kali. Aku masih perlu kau urus? Takut? Sudahlah. Kemasi barang dan pergi. Ada apa? Tidak apa? Tidak apa. Aku hanya terluka. Komandan Kompi. Diam. Jangan. Apa yang kau lakukan? Tidak apa-apa.

Hanya tergores saja, tidak apa. Jangan bergerak. Mulai hari ini, tempat ini milikku. Kau siapa? Atas dasar apa aku harus mendengarkanmu? [Pasukan Chuankang Komandan Batalion, Brigade ke-2 Wan Qishan] Aku Wan Qishan, Komandan Batalion, Brigade ke-2 Pasukan Chuankang. Beri tahu orangmu. Tebang dan bakar semua pohon dalam jarak 50 meter di luar posisi.

Beri aku sudut tembakan 45 derajat. Kau punya enam jam. [27 Mei 1935, pukul 21:00] [Shiyueping berjarak 120 km dari Jembatan Luding] Berikan kakimu. Ada apa? Tidak suka sepatu Kakak ke-2? Angkat kakimu. Dengarkan aku. Saat kau berperang, jangan sepertiku. Tidak mementingkan nyawa dan hanya tahu menyerang. Dengar? Pakai ini.

Ibu kita juga sudah semakin tua. Telinganya juga tidak baik. Dari tiga bersaudara kita, satu harus selamat. Tahu atau tidak? Apakah kau tahu? Tahu. Kakak, tenang saja. Aku akan mengikutimu mulai sekarang. Aku akan maju saat kau memintaku. Bagaimana? Kau jangan selalu berjanji padaku untuk patuh. Niat licikmu itu. Biar aku lihat.

Dalam sepuluh hari atau setengah bulan, sepatu ini pasti kekecilan lagi. Apa yang kau makan? Mengapa tumbuh begitu cepat? Kakak Gao. Bantu aku lihat senapanku ini. Biar aku lihat. Memikirkan putramu lagi? Tidak. Untuk apa aku memikirkannya? Setiap hari membentaknya untuk mengikutiku. Aku hanya kurang mengikat kami bersama, tapi dia masih hilang juga.

Dasar tidak berguna. Selama dia menyimpan senjata dan tidak memberi tahu apa pekerjaan ayahnya maka dia masih bisa hidup. Tenang saja. Chuanzi lebih pintar darimu. Jika Chuanzi tidak hilang, dia juga pasti setinggi Baowa. Pemicunya sudah lepas dan kotak bubuk api sudah retak. Bagaimana? Apakah masih bisa menembak? Bisa, hanya meledak saja. Meledak? Apa itu?

Jika beruntung, pecahan kotak itu akan tersangkut di lehermu. Percikan api yang keluar akan membakar matamu. Bagaimana jika tidak beruntung? Kau bisa turun untuk menemui Xiao Luo. Bisakah kau berbicara baik-baik? Komandan Kompi. Ambil senapan Xiao Luo dan berikan padanya. Duduk. Jangan khawatir tentang senjata. Aku akan menggantinya untukmu. Aku tidak mau.

Senapan tua ini adalah kesayangan ayahku. Jika aku bertemu dengannya suatu hari nanti, bahkan jika dia tidak mengingatku, juga harus mengingat senjata ini. Jangan katakan omong kosong. Mana ada orang tua di dunia ini yang tidak ingat rupa anak mereka. Komandan Kompi. Katakan padaku. Apakah ada ayah yang akan menelantarkan anak-anak mereka? Dengarkan aku.

Saat bom datang, pecahan bom terbang seperti ini. Jika berbaring di tanah, itu tidak akan meledakkanmu. Tanganmu menepuk tanah saat berbaring. Kau tidak akan terluka. Lihat. Akan panas kalau merangkak ke kawah bom, tapi lebih baik daripada mati, tahu? Merangkak seperti ini. Perhatian. Rekan-rekanku. Aku baru menerima kabar. Atasan memerintahkan kita

Untuk tiba di Jembatan Luding pada pukul 06:00 besok. Dengan kata lain, kita harus berlari sejauh 120 km dalam satu hari satu malam. Seratus dua puluh kilometer? Orang lain tidak bisa melakukannya, bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Musuh kini telah mengirim brigade tambahan ke Jembatan Luding. Jika kita biarkan mereka tiba lebih dulu,

Kita tidak akan pernah bisa menyeberangi sungai. Saat kita berperang di Sungai Xiang, melewati Sungai Wu dan menempati Zunyi, peperangan mana yang ada harapan bisa menang? Namun, sekarang kita masih di sini. Kita masih hidup. Aku yakin Resimen Ke-4 adalah tim yang bisa mengatasi segala kesulitan dan menciptakan keajaiban. Liao Dazhu. Tiba.

Mulai sekarang, dalam perjalanan jika bertemu gangguan, serangan diam-diam atau iming-iming bisa diabaikan. Jika menghadapi perlawanan, bunuh dengan cara apa pun. Baik. Kompi ke-2 pasti akan menyelesaikan misi. Kita hanya punya satu keyakinan. Terus maju ke depan. Selesaikan perjalanan 120 km. Dapatkan Jembatan Luding. Baik. Berangkat. Baik. Rekan-rekanku.

Kalian harus gunakan kecepatan tercepat dan cara yang tegas untuk selesaikan tugas yang mulia dan hebat ini. Kalian harus dalam pertempuran ini… Heizi! Rebut Kabupaten Dao dan Resimen ke-5 mendapatkan Yaxi. Rekor berlari 80 km dalam satu hari. Kalian pahlawan dalam perang, panutan di Pasukan Merah. Aku percaya kalian akan bisa menyelesaikan tugas ini.

Kami bersiap mengucapkan selamat kepada kalian atas kemenangannya. Satu dua tiga. Hati-hati. Minggir. Semuanya minggir. Da Shan. Papah semua yang terluka ke belakang. Cepat. Letakkan semua persediaan non-tempur dan bergerak maju dengan ringan. Aku tidak apa-apa. Tarik aku. Papah aku sebentar. Masih bisa lari? Bisa. Rekan-rekan melintasi jembatan.

Senapan mesin siapa yang ada untuk menutupi serangan agar aku nyaman? Aku. Kemudian kau masih membuang senapan mesin dan menaruhkan nyawamu. Jaga dirimu untukku. Cepat. Ini bahan non-tempur. Ayo. Jaga dirimu dan senjata ini dulu. Bangun, jalan. [28 Mei 1935, pukul 07:00] [Bukit Menghu berjarak 90 km dari Jembatan Luding] Komandan Kompi.

Markas Besar mengirim kabar. Mereka bilang ada satu batalion musuh datang dari timur. Aku sudah tahu. Ayo. Tunggu sebentar. Li Dong belum kembali dari penyelidikan. Terlalu berisiko untuk naik sekarang. Tunggu Komandan Batalion dan lain. Tunggu siapa? Tunggu musuh dari timur mengepung? Jika masih tidak menguasai Bukit Menghu, kita akan mati di sini. Ayo.

Komandan Kompi, lihat. Li Dong. Li Dong. Hati-hati. Ada penyergapan. Berlindung. Cepat mundur. Cari perlindungan di sekitar. Lao Wang. Kembali. Lindungi aku. Lao Wang. Di sini. Aku akan membawa orang meburu musuh dari samping. Kau tunggu di sini. Da Gui. Baik. Kompi ke-3, ikut denganku. Bongkar granat. Pimpin jalan. Amunisi ikuti. Cepat. Cepat. Sini. Ayo.

Cepat lari. Bunuh. Mundur. Pertahankan musuh. Semua tembahkan mengarah ke Pasukan Merah. Tembak secara membabi buta. Namun, orang kita masih belum mundur. Tembak. Komandan Kompi. Pihak lawan mencegat parit lalu lintas. Kita tidak bisa menyerang. Siapkan peluru dengan penuh. Bersiap menyerang. Lao Liao. Brigade akan segera datang. Jika menyerang sekarang, korban akan terlalu banyak.

Tenangkan diri. Saat brigade tiba, mereka sudah akan lebih siap. Jika tidak menghancurkan dua titik daya tembak itu, tidak ada gunanya siapa pun yang datang, apakah kau paham? Gao Jinguang. Tiba! Aku tidak peduli apa caramu, hancurkan dua senapan mesin itu. Baik. Konsentrasikan semua daya tembak pada posisi satu. Kita harus dapatkan posisi itu.

Kedua senapan mesin di sisi. Tambahkan daya tembak. Jangan biarkan mereka muncul. Ada penembak jitu. Mortir tembak ke arah pukul 11, barat daya di sudut 35 derajat sebanyak lima kali untuk mengeluarkannya. Bersiap. Tembak. Jinguang. Kau bawa orang untuk pegang posisi. Aku akan keluarkan tikus itu. Baik. Senapan. Untuk apa kau memanggilnya? Bertahan. Baik! Kakak.

Adik ke-3. Kakak. Heizi. Heizi. Dokter! Dokter! Kakak Gao. – Kakak Gao. – Jangan bergerak. Kakak Gao. Aku punya senjata. Kuberikan padamu. Senjatamu milik Xiao Luo. Jaga ia untukku. Apa yang harus kita lakukan, Kakak Gao? Katamu dulu tiga tembakan melawan tiga pihak lawan, apakah benar atau tidak? Itu kebenaran.

Saat itu kakekku ditindas mereka, jadi, aku baru… Katakan padaku apa tiga tembakan untuk tiga pihak lawan itu nyata? Itu kebenaran. Posisiku sudah terekspos. Namun, kau tidak. Aku akan memancingnya keluar. Kau yang tembakkan senjata ini. Bukan, Kakak Gao. Aku tidak bisa. Itu semua tergantung padamu. Tembak! Komandan Batalion. Komandan Batalion. Komandan Batalion.

Komandan Batalion telah meninggal. Para saudara. Cepat mundur. Cepat mundur. Dapatkan Bukit Menghu. Bunuh. Maju! Komandan Kompi. Komandan Kompi. Bala bantuan pihak lawan akan segera tiba. Aku tetap di sini untuk berjaga, kalian segera pergi. Seperti apa Jembatan Luding itu, takutnya sudah tidak bisa kulihat. Musim semi depan, kalian ingatlah untuk kembali.

Ceritakan padaku seperti apa di sisi lain jembatan. Aku juga bisa menceritakannya pada saudara yang sudah meninggal. Masih ada aku. Hitung aku juga. Komandan Kompi, ayo. Kami akan menunggu kalian di ujung lain jembatan. Aku memerintahkan. Ikut denganku. Mari bergabung dengan pasukan utama. Dapatkan Jembatan Luding. Baik. Berangkat. Beri hormat.

Sudah sejauh mana kau bergaul dengan pacarmu? Sudah ciuman? Apa rasanya? Kau ingin tahu? Aku tidak beri tahu. Kau ini. Gadis sebaik itu bukannya kau jaga, malah tinggal di sini untuk jadi korban. Jika orang lain memacarinya, kau jangan salahkan aku. Keluargaku bahkan tidak memiliki sebidang tanah.

Gadis secantik ini, takutnya buta juga tidak akan menyukaiku. Pandai berbual. Di kehidupan selanjutnya, masih menjadi saudara. Terus berlari. Selesaikan 120 km dan dapatkan Jembatan Luding. Dapatkan Jembatan Luding! Baik. Ketua, telepon darurat dari Pasukan Sichuan. Katakan. Komandan Batalion Brigade ke-2 Pasukan Chuankang, Wan Qishan tewas dalam perang. Dengan begitu,

Kita telah kehilangan jejak Pasukan Merah. Benar. Li Quanshan dari Tim Resimen ke-38. Beri tahu dia harus pertahankan Jembatan Luding. Baik. Komandan. Mengapa tidak meledakkan jembatan saja dan membuat Pasukan Merah putus asa? Perkataanmu begitu mudah. Jembatan ini adalah pusat ekonomi Sichuan Barat kami. Jika kau berani meledakkannya, kau tidak takut atasan meledakkan kepalamu?

Namun, jika tidak meledakkan jembatan, kalau Pasukan merah menyerang… Aku ingin melihat. Dengan rantai besi ini, bagaimana Pasukan Merah menyeberangi jembatan. Pasukan Merah sudah datang. Pasukan Merah sudah datang. Cepat kembali ke pangkalan, bersiap untuk perang. [Jembatan Luding] Cepat sekali datangnya. Semuanya bersiap. [29 Mei 1935 Pukul 06:00]

[Jembatan Luding; 10 jam tersisa sebelum serangan jembatan] Zhao Changfa, Yang Tianmin. Tiba. Masing-masing kompi dari kalian. Berganti setiap setengah jam, awasi dengan ketat. Jangan biarkan mereka terus melepas papan jembatan. Baik. Yang lain istirahat di tempat sampai pasukan utama tiba. Baik. Jangan tulis lagi, istirahatlah. Tidak bisa jika tidak ditulis.

Jika aku tidak mencatat mereka, saat aku mati nanti, tidak ada yang tahu nama mereka. Lao Liao. Nama Heizi adalah Jin apa? Kau bertanya begitu tiba-tiba, aku benar-benar tidak ingat. Lupakan saja. Tidak mau kupikir lagi. Nanti kutanya pada kantor saja. Aku tidur sebentar. Lao Wang, kau pasti sangat menyalahkanku di dalam hatimu, ‘kan?

Kita hanya terus bergegas dalam perjalanan ini. Begitu banyak saudara yang tiada. Kita bahkan tidak sempat melihatnya. Bahkan tidak ada waktu menguburkan mereka. Aku tidak berani berhenti. Begitu aku berhenti, mata dan pikiranku penuh dengan mereka. Jika aku mendengar nasihatmu, tidak akan mati begitu banyak orang. Lao Liao, lihat. Di sini adalah sebuah jembatan.

Di sana adalah sebuah kuil. Rekan-rekan mengawasi kita dari langit. Selama jembatan itu didapatkan, mereka tidak akan mati sia-sia. Perhatian. Rekan-rekanku. Tentara musuh di sisi berlawanan telah menyiapkan senapan mesin dan artileri mereka. Mereka akan melakukan apa saja untuk mencegah kita menyeberangi jembatan. Atasan memerintahkan pasukan kita untuk melancarkan serangan umum

Di pantai timur Jembatan Luding pada pukul 16:00. Rekan-rekanku. Ayo berjuang dengan nyawa kita untuk peperangan hari ini. Lebih baik maju satu langkah untuk mati daripada mundur setengah langkah untuk hidup. [Jembatan Luding] Ini adalah pertempuran hidup dan mati. Jika gagal, esok bukan menjadi milik kita. Tim penyerang. Istirahat di sini. Berangkat dalam 10 menit.

Masuk ke posisi tempur. Semua terhubung ke rantai jembatan. [Zhao Shanfa] Jika aku mati, bawa pulang surat itu. Penembak senapan mesin Kompi ke-2, Zhao Changfa. Mohon antarkan liontin giok ini ke Kota Zhangbang, Qichun. Beritahu Juanzi untuk berhenti menungguku. Kalian 22 orang adalah tim yang merelakan segalanya dan melakukan keajaiban.

Sekarang mereka mencoba menghentikan kita di sini dengan 13 rantai. Aku memohon pada kalian. Dengan keyakinan akan kemenangan, hancurkan impian musuh di depan. Komisi Militer Revolusioner Pusat sedang menunggu kabar kemenangan kalian. Beri hormat. Beri tahu ibuku. Kami ketiga bersaudara baik-baik saja. Minta dia untuk tidak cemas. Baik. Berikutnya.

Tidak ada jalan mundur saat di jembatan. Ikuti kami dengan ketat. Komandan Kompi. Apakah kau takut? Takut. Aku takut setiap hari. Bersama keluarga, jangan takut. Naik ke jembatan. Mereka sudah di jembatan. Tembak mereka jatuh. Cepat. Bertahan. Maju! Ingat perlindungan. Maju! Pertahankan. Ingat perlindungan. Maju. Komandan Resimen, cepat pergi. Mortir. Tembak. Ledakkan mereka. Tembak. Tiarap.

Tim artileri! Tembak. Percepat gerakan. Wang Yicai. Tiba. Pusatkan satu daya tembak, tekan sisi lain. Jangan biarkan mereka membangun garda tembak. Baik. Kapten. Mengapa kedua brigade bala bantuan belum tiba? Kami sudah tidak tahan lagi. Mereka telah dihentikan oleh Pasukan Merah. Hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri sekarang. Jika jembatan itu direbut, kau jangan kembali. Baik.

Kompi ke-3. Cepat. Pasang papan. Cepat. Ikuti. [Jembatan Luding] Baowa. Kakak Da Gui. Jangan lepaskan. Baowa Beri tahu Komandan Kompi. Kami tiga bersaudara dari keluarga Liu masih akan menjadi pasukannya. Jangan lepaskan. Kakak Da Gui. Kakak Da Gui. Komandan Resimen. Tiup sinyal. Terus tiupkan sinyal. Maju. Maju. Maju. Maju. Granat. Begitu jauh masih ingin melemparnya.

Jangan mimpi. Bakar. Bakar mati mereka. Jika gagal, esok bukan lagi milik kita. Sekarang mereka mencoba menghentikan kita di sini dengan 13 rantai. Aku memohon pada kalian. Dengan keyakinan akan kemenangan, hancurkan impian musuh di depan. Komisi Militer Revolusioner Pusat sedang menunggu kabar kemenangan. Cepat pergi. Cepat pergi. Cepat. Pasang papan. Baik.

Resimen Ke-4 sudah melewati jembatan. Maju. [Jembatan Luding] [Jembatan Luding] [Seluruh Pasukan Merah melintasi Jembatan Luding,] [sungguh kesukesan besar, jika mereka tidak bisa melewatinya,] [maka pasukan yang seberangi Pabrik Anshun ke Pantai Utara] [akan berjuang sendirian dan Pasukan Merah utama harus pergi ke Xikang.] [Pasukan Merah akan sulit mengatasi kesulitan]

[Hari ini, semua Pasukan Merah menyeberangi sungai,] [Sichuan, Shanxi, Gansu dan Qinghai semuanya akan menjadi wilayah di mana Pasukan Merah aktif.] [Mao Zedong] [Monumen Pasukan Merah merebut Jembatan Luding] [Kamerad Nie Rongzhen menulis prasasti] [Kamerad Deng Xiaoping menuliskan nama prasasti] [Monumen Pasukan Merah merebut Jembatan Luding] [The Warriors]

[Li Youlin, 14 September 1914 sampai 9 September 1997] [Lahir di Desa Huanggang, Kabupaten Ruijin, Provinsi Jiangxi] [“Pahlawan dalam Jembatan Luding”] [Liu Jinshan(1908-1999)] [Dari Desa Hongwei, Kota Tiancun, Kabupaten Jingxian, Provinsi Jiangxi] [Bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1932] [“Pahlawan dalam Jembatan Luding”] [Liu Zihua dari Desa Zimu, Kabupaten Pingxiang, Provinsi Jiangxi]

[Bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1933] [“Pahlawan dalam Jembatan Luding”] [Pasukan Merah Divisi ke-2 Resimen ke-4 Komandan Kompi ke-2, Liao Dazhu] [Instruktur Wang Haiyun] [Keduanya mendapat gelar pejuang Jembatan Luding] [Tidak ada foto dan informasi terkait] [Tujuh belas prajurit yang tersisa tidak meninggalkan informasi apa pun di akhir]

[Keturunan Liu Jinshan, Liu Dongsheng] Dalam hidupku ini, [Menceritakan wasiat pejuang Liu Jinshan] aku telah lalui banyak pertempuran besar, juga memusnahkan banyak musuh. Namun, dibandingkan dengan rekan-rekan yang tewas di medan perang, aku sangat beruntung masih bisa hidup sampai hari ini. Kita tidak boleh melupakan para martir revolusioner yang berjuang demi revolusi Tiongkok. Tanpa mereka,

Tidak akan ada kebahagiaan dan kehidupan bagi kita hari ini. [Aku ingin mendedikasikan film ini untuk setiap bintang merah yang bersinar]